MERESENSI
NOVEL
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Membaca Komprehensif
Dosen Pengampu : M Fakhrur Syaifudin M.Pd
Disusun
Oleh :
Yuli
Tri Rahayu ( A. 310120028 )
PENDIDIKAN
BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
Nama :
Yuli Tri Rahayu
Nim :
A. 310120028
Fak/ Prodi : FKIP / Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia dan Daerah
A. Latar Belakang
Disini saya akan memperkenalkan kembali
identitas novel ini. Novel ini termasuk kedalam jenis fiksi (membimbing,
mendidik, dan memotivasi) . Cerita dari novel ini diilhami kisah nyata Hellen
Adams Keller (Alabama, 1880-1968). Novel ini juga difilmkan dengan judul
The Miracle Worker (1962) dan mendapatkan 11 penghargaan, terbanyak
sepanjang sejarah perfilman. Tidak ada tari-tarian, tidak ada nyanyian,btidak
ada pernak-pernik stereotype film
India yang kalian kenal selama ini. Yang ada hanya sebuah cerita yang amat
mengharukan.
Judul :
Moga Bunda Disayang Allah
Penulis : Tere Liye
Penerbit :
Republika
Hal :
306 hal x 20.5 cm
Tahun :
2006
B. Sinopsis
Pertama
kali membaca judul dari novel karya Tere Liye saya langsung berfikir sepertinya
cerita dalam novel ini sangat menarik dan menyentuh.
Saat
membaca di awal saya merasakan bosan, karena saya bingung dengan cerita yang
ada di novel ini. Pada bagian awal novel ini menceritakan lansung kehidupan
seseorang yang sekarang, akibat dari masa lalunya. Bahkan pada awalan novel ini
menceritakan kehidupan dua keluarga sekaligus yang tidak tahu benar latar
belakang masing- masing keluarga.
Tokoh yang sering muncul dalam novel ini
adalah Karang, Melati, Bunda HK, Tuan HK, Ibu-ibu gendut dan Kinasih.
Karang adalah sosok pemuda yang dulu dikenal dengan kepandaianya mendidik dan
membujuk anak kecil. Karang adalah sosok seorang yang ramah, menyukai anak
kecil dan ringan tangan membantu orang. Dengan kecintaanya kepada anak-anak
Karang membangun belasan taman bermain untuk anak didik yang kebanyakan
diperolehnya dari jalanan. Kinasih seorang wanita lembut dengan jilbabnya yang
anggun merupakan satu-satunya perempuan yang mampu menakhlukan hati Karang.
Pada suatu ketika peristiwa menyedihkan
itu terjadi. Belasan anak didik Karang dan Karang terjebak dalan kapal saat
liburan dan mengalami kecelakaan yang menyebabkan satu isi kapal terbalik.
Kecelakaan tersebut menelan sedikitnya 18 anak didik Karang termasuk Qintan
salah seorang anak didik Karang yang amat dia sayangi. Meskipun pengadilan
membebaskan Karang dan menyatakan bahwa Karang bukanlah tersangka dari
meninggalnya 18 anak-anak itu, tetapi Karang sangat merasa bersalah hingga dia
tak mampu memafkan dirinya. Akibat kejadian 3 tahun yang lalu itu sampai
sekarang Karang lebih menutup diri dan melampiaskan rasa bersalahnya dengan
minim-minuman keras. Hidupnya yang sekarang benar-benar berbeda, Karang semakin
tidak terkendali dengan masa lalunya dan meninggalkan semua kehidupan lamanya
seperti ibu-ibu gendut, Kinasih dan taman bacaan termasuk anak-anak didik
Karang yang saat ini tidak terurus lagi oleh Karang. Setiap hari Karang hanya
tinggal bersama ibu-ibu gendut itu. Dengan sabar dan ikhlas mengurus serta
mendidik Karang dari dia dulu sukses hingga dia menjadi terpuruk sampai saat
ini.
Disisi lain satu keluaraga yang sangat
kaya tetapi juga mempunyai satu masalah atau kesedihan yang amat besar di balik
keluarga mewahnya. Melati yang terlahir dari sepasang suami istri Bunda HK dan
Tuan HK. Melati anak semata wayang mereka yang 3 tahun terakhir mengalami
musibah yang membuat anak tercinta mereka harus menanggung beban hidup karena
akibat saat liburan Melati mengalami musibah yang sekarang membuat dia buta,
tuli dan bisu.
Novel yang
berjudul “Moga Bunda Disayang Allah” ini mempunyai tokoh utama yaitu bernama
Karang dan Melati. Keduanya mempunyai sisi masa lalu yang berbeda yang
mengakibatkan mereka harus mengalami kehidupan yang lumayan menyakitkan dimasa
sekarang. Masa – masa yang sulit untuk dapat dilaluinya agar meraih
kebahagiaanya kembali. Masa-masa yang membuat sang tokoh utama benar-benar
tidak sanggup untuk hidup seperti layaknya orang-orang normal.
Semua
kejadian mengenai tokoh utama diceritakan dengan sangat detail sehingga
seolah-olah pembaca ikut merasakan apa yang dirasakan tokoh utama. Mencoba
melupakan masa lalu, mencoba memaafkan diri sendiri dan sulitnya bangkit dari
keterpurukan adalah beberapa tekanan batin yang dialami tokoh utama yang sudah
jelas untuk saya, mungkin itu sangat sulit dan tidak mudah untuk menghentikan
itu semua.
Bunda HK
yang sering mendengar kisah hidup Karang yang dulu dikenal dengan kepiawaiannya
mengasuh dan mendidik anak kemudian bermaksud meminta bantuan Karang melalui
beberapa surat yang sering dikirimnya ke rumah ibu-ibbu gendut itu. Namun semua
surat yang dikirim Bunda HK tak satupun dibaca oleh Karang. Karang sama sekali
tidak menghiaraukan surat-surat yang sering datang ditunjukan untuk Karang.
Hingga ibu-ibu gendut itu untuk yang surat yang terakhir dikirim ini bertekad menyampaikan
isis maksud surat ini. Awalnya Karang sama sekali tidak tertarik untuk mau
membantu anak Bunda HK, tetapi Karang mulai mau mencoba saat Bunda HK sendiri
datang ke rumah untuk langsung meminta Karang membantu mengajari Melati agar
dapat mengenal dunia.
Setelah 3
tahun lamanya Karang menutup diri, baru kali ini Karang mulai mau membuka
hatinya untuk mengajari anak kecil lagi. Mulai dapat berkomunikasi dengan orang
meskipun agak dengan nada yang kasar, Karang sedikit demi sedikit mau membuka
dirinya kembali bersosialisasi.
Ketegangan
dalam membaca novel ini semakin membuat penasaran dan terus ingin membaca
ketika Karang dan Melati mulai di pertemukan. Karang diminta untuk menjadi guru
seorang anak dari keluarga yang berada. Karang diminta untuk mengajari Melati
mengenal dunia meskipun dengan keterbatasan Melati saat ini (tuli, buta dan
bisu). Saya ikut berfikir akankah akhirnya Karang mampu menemukan cara untuk
membuat Melati mengenal dunia, bukan hanya itu, saya saja tidak yakin kalau
akhirnya ada cara untuk mewujudkan akhir cerita dari sang tokoh.
Tuan HK,
Bunda HK beserta pembantu-pembantu lainnya menyambut Karang dengan lumayan
ramah. Hingga pada akhirnya satu per satu orang yang ada di rumah besar itu
lama kelamaan tidak menyukai karang dan ingin Karang berhenti menjadi guru
Melati. Disituasi seperti ini Bunda HK yang selalu memanggil Karang dengan
sebutan “anakku” tetap saja memihak pada Karang, meskipun dia sebenarnya juga
tidak menyukai cara Karang yang mengajari Melati dengan hukuman-hukuman yang
diberikannya untuk anak tersayangnya.
Tuan HK
semakin hari semakin tidak tahan dengan sikap Karang yang menurut Tuan HK itu
sangat menyiksa putrinya. Bunda HK yang selalu sabar menemani putrinya dalam
masa-masa sulit Melati selalu berharap keajaiban agar putrinya mampu melihat
dunia dengan bagaimana caranya. Doa seorang ibu yang tak henti-hentinya meminya
kepada Allah agar keajaiban diturunkan untuk anak semata wayangnya.
Dengan satu
per satu cara Karang mengajari Melati. Melati yang belum terbiasa dengan
keadaan ini sering kali tidak bisa
menerima apa yang diajari Karang dan mencoba melawan segala yang membuatnya
marah. Sesekali Melati harus terluka karena terkena benda-benda tumpul saat
melakukan perlawanan kepada Karang. Tuan HK semakin tidak percaya kepada Karang
kalau akhirya dia mampu mengajari dan merubah sikap putrinya. Bunda HK yang
selalu berharap kepada Karang tidak bisa berkutik saat melihat anaknya menangis
kasakitan saat Karang melatih Melati.
Beberapa
hari Karang tinggal bersama keluarga mewah ini namun tanda-tanda kemajuan pada
Melati sama sekali belum terlihat. Bunda HK yang melihat kejadian ini semakin
berputus asa dengan nasib Melati. Hingga suatu ketika setitik cahaya keadilan
dari Allah pun turun. Sedikit demi sedikit Melati mulai menerima perubahan yang
terjadi pada dirinya. Melati yang dulunya sama sekali tidak tau apa itu sendok,
apa itu kursi dan pada saat makan Melati harus duduk ternyata kini Melati mulai
menerapkannya. Perubahan yang terjadi pada Melati membuat Bunda HK sangat
bahagia. Berbeda dengan Karang, menurut dia itu hanyalah perubahan kecil yang
dialami Melati dengan melihat anak sumuran dia yang seharusnya jauh lebih paham
dari ini.
Sikap Bunda
HK yang sempat putus asa kini kembali bersemangat dengan harapan-harapan Melati
untuk dapat mengenal dunia. Sekarang bahkan Bunda HK menuruti setiap perkataan
Karang asalkan itu dapat membantu Melati kedepannya.
Sekian lama
menanti perubahan-perubahan apalagi yang akan dilakukan Melati ternyata tak
kunjung hadir. Setelah melakukan perubahan kecil itu Melati tak terlihat
mengeluarkan perubahan-perubahan yang membuatnya kelihatan mulai mengenal
dunia. Tuan HK dan Bunda HK yang benar-benar menyerah dengan keadaan putrinya
meminta Karang agar berhenti untuk melakukan hal-hal yang membuat Melati
berubah, karena menurut mereka itu hanya sia-sia.
Keajaiban
sesungguhnya pun muncul ketika Karang hendak keluar dari rumah Melati dan
berhenti mengajari Melati. Novel ini sangat menginspirasi saya sekaligus
mengingatkan tentang kegigihan dan kesabaran. Novel yang menceritakan seseorang
yang kembali menata hidup dan meninggalkan masa lalunya. Masa lalu yang hanya
mengingatkan dia dengan kejadian yang amat pahit yang membuat dia tidak bisa
memaafkan diri sendiri bahkan tidak mau lagi kambali pada kehidupan yang
sesungguhnya.
Karang yang
dulu tidak akan pernah kembali pada dunia anak-anak kini dia kembali ke taman
bacaan dan kembali mengajari anak-anak mengenal dunia. Karang dan Kinasih kini
pun kembali merajut kisah cintanya. Tuan HK dan Bunda HK seolah-olah telah menemukan kembali putrinya
sama seperti sebelum kejadian 3 tahu yang lalu. Kini mereka dengan keluarga
mereka masing-masing hidup dengan semangat baru.
Novel
ini mempunyai banyak makna tersembunyi. Banyak hikmah yang dapat diambil dari
membaca novel ini. Novel ini mampu menjadi motivasi bagi pembaca. Di dalam
novel ini kita diajarkan untuk terus melihat kedepan tanpa sering menoleh ke
masa lalu. Kegigihan dalam mencoba segala hal, pantang menyerah untuk mengejar
mimpi, membantu sesama, membantu orang yang sedang membutuhkan pertolongan,
tidak takut mencoba hal baru, selalu memberikan ruang untuk seseorang,
memaafkan kesalahan orang lain dan masih banyak lagi inspirasi untuk motivasi
kedepannya.
Ada juga
sih sedikit yang membuat saya kebingungan yaitu saat mengenalkan masing-masing
tokoh utama pengenalanya terlalu lama, membutuhkan beberapa halaman hanya untuk
mengenalkan tokoh utama. Dalam mengenalkan keseharian tokoh lebih banyak
daripada persoalan masalah dan akhir dari cerita atau akhir dari masalah
tersebut. Bukan hanya itu banyak kalimat- kalimat yang di ulangi seperti “ mata
hitam biji buah lecinya berputar-putar. Rambut ikalnya bergoyang-goyang” yang
seharusnya tidak usah terlalu banyak kata dan kalimat yang diulang-ulang.
Novel yang
pertama kali saya lihat lalu saya langsung berpikir pasti ceritanya menyentuh
ternyata benar. Yaaaa,, meskipun pada awalnya sangat bosan tapi karena saya
penasaran akhirnya saya bisa selesai membacanya sampai halaman terakhir. Novel
yang akhir cerita sangat menyentuh hati ini membuat saya ingin membaca lagi.
Mungkin bagi pembaca yang awalnya sudah membaca judulnya pasti juga banyak yang
menduga pasti ceritanya dalam, karena dalam judulnya saja sudah bisa membuat
orang berfikir tentang isinya. Saya sudah lega dengan menyelesaikan membaca
novel ini, karena dengan begitu saya menjadi tahu isi sekaligus akhir cerita
novel “Moga Bunda Disayang Allah” ini.
Novel ini
bisa dibaca untuk semua usia, baik anak SD, SMP, SMA dan seterusnya karena
novel ini sangat menginspirasi dan memotivasi bagi siapa saja yang membacanya.
Perbandingan
novel ini yaitu dengan film yang berjudul Hafalan Surat Delisa.merupakan film
drama yang diliris pada tanggal 22 Desember 2011 yang disutradarai oleh Sony
Gaokasak serta dibintangi oleh Nirina Zubir dan Reza Rahardian. Hafalan Shalat
Delisa Film ini diangkat berdasarkan novel yang berjudul Hafalan Surat Delisa
karya Tere Liye Seluruh Pengambilan adegan film ini dibuat di Aceh. Film ini
mengisahkan tentang seorang anak yang selalu tegar menjalani takdir dan tetap
semangat dalam hidupnya. Tokoh dalam film ini adalah Delisa, Umi, Abi, ustad
Rahman, kak Fatimah, Kak Aisyah, Kak Zahra, Umam dan Tiur.
Delisa
seorang anak kecil yang pintar, ramah dan juga baik hati. Dia mempunyai 3 orang
kakak yang bernama Fatimah, Aisyah dan Zahra. Dia bertempat tinggal disuatu
daerah dekat pantai tepatnya di pesisir provinsi Aceh. Delisa tinggal bersama
ketiga kakaknya dan Uminya. Ayah Delisa pergi merantau di negeri lain.
Keseharian Delisa sangatlah menyenangkan. Dia bisa bermain sepuasnya bersama
teman-temannya seperti, kak Zahra, Umam, Tiur dan teman-teman lainnya.
Keluarga
yang sederhana tetapi sangat harmonis, ya itulah keluarga kecil Delisa yang
saat ini meskipun tidak ada ada Ayahnya tetapi keluarga ini tetap rukun dalam
kesehariannya. Meskipun kadang-kadang kak Aisyah sering jahil kepada Delisa
tetapi Delisa tidak sama sekali tidak marah dan selalu baik hati kepada
kakak-kakaknya. Delisa sama selkali tidak punya rasa pendendam.
Delisa
bersekolah di SD kecil yang terdapat di dekat rumahnya. Untuk tugas kenaikan
kelas , Delisa mendapat tugas yaitu dengan praktek shalat dan mengahafal surat-surat
shalat. Setiap hari Delisa belajar menghafal surat shalat. Delisa juga akan
diberikan hadiah kalung dari Uminya jika sewaktu ujian shalat Delisa lulus dan
berhasil menghafal surat shalat. Hingga waktu ujian praktek Delisa tiba, dia
siap untuk maju untuk praktek shalatnya. Satu per satu teman Delisa maju untuk
mempraktekkan shalat.
Giliran
Delisa pun tiba dan Delisa pun segera maju untuk mempraktekkan shalatnya. Namun
ditengah Delisa mempraktekkan shalatnya bencana tsunami pun datang. Saat
bencana itu datang, Umi yang sempat meneriaki anaknya untuk segera keluar dari
ruangan sama sekali tidak didengar oleh Delisa. Umi yang ingin menyelamatkan
anaknya terhalang karena orang-orang yang berdesakan dan saling mendorong untuk
menyelamatkan diri. Umi yang tak bisa masuk kelas untuk menyelamatkan Delisa
akhirnya pergi meninggalkan Delisa dan ikut menyelamatkan diri.
Dalam
sekejab kota nan indah itu hancur tersapu ombak besar. Ribuan nyawa melayang
dan ratusan rumah hancur terkena ombak tersebut. Tidak ada yang tersisa untuk
orang yang selamat selain barang-barang yang mereka kenakan. Banyak keluarga
yang kehilangan anggota keluarga dan sanak saudaranya. Termasuk keluarga
Delisa, Tiur, dan Umam. Mereka saling kebingungan mencari anggota keluarganya,
tapi kebanyakan kabar yang mereka dapati adalah kabar bahwa orang yang mereka
cari hilang dan telah meninggal.
Saat saya
menonton film ini, saya beberapa kali ikut meneteskan air mata karena terharu
dengan cerita film tersebut. Film yang sangat menyentuh bagi setiap yang
melihatnya. Film ini menceritakan sama persis dengan kejadian bencana yang
telah terjadi di Negara Indonesia ini, tepatnya di Aceh. Akibat dari bencana
tersebut banyak saudara kita yang kehilangan anggota keluarga, sanak saudara
dan harta benda mereka.
Mendengar
kabar bahwa telah terjadi bencana tsunami di daerah tempat keluarga ia tinggal,
Abi (ayah Delisa) langsung kembali ke daerah asalnya untuk mencari keluarga dan
dia berharap meskipun harta bendanya telah hanyut keluarganya masih utuh. Tim
SAR dan beberapa relawan bantu-membantu mencari korban akibat bemcana tersebut.
Delisa salah satu korban yang selamat dari bencana tersebut yang beberapa hari
setelah bencana tersebut baru ditemukan. Namun nasib Delisa juga tidak berbeda
dengan yang lain. Delisa yang kehilangan Umi, kak Fatimah, kak Aisyah, kak
Zahra dan tiur sahabatnya juga harus menanggung beban yang sangat berat. Kaki
kanan Delisa terpaksa harus diamputasi karena kakinya tertimpa runtuhan
bangunan kelas dan lukanya amat parah.
Sekarang
tinggalah Delisa dengan Abinya, meskipun pahit kenyataan hidup mereka tetapi
mereka tetap harus menjalaninya dengan sabar dan ikhlas. Ustad rahman, kak
sophie(relawan) dan kerabat yang mengenal baik keluarga Delisa sangat
menyemangati mereka dan harus terus melanjutkan kehidupannya meskipun tanpa Umi
dan ketiga kakak-kakak Delisa. Delisa yang selalu tegar menjalani hidupnya
berusaha kembali menghafalkan bacaan surat shalat yang dulu sempat tertunda
karena bencana besar tersebut. Delisa ingin lolos ujian paraktek dan memenuhi
amanat dari Uminya untuk menghafal surat bacaan shalat. Dia berharap dengan
lolosnya dia menghadapi ujian praktek shalat ini Umi yang telah tiada ikut bangga dan senang melihatnya.
Dengan
kegigihan dan semangat Delisa akhirnya dia mampu lolos dari ujian praktek shalatnya
dengan sempurna. Delisa dengan keterbatasanya yang sekarang sama sekali tidak
menyurutkan semangatnya untuk terus menghafal surat bacaan shalat. Sekarang
Delisa telah hafal surat bacaan shalat dan itu membuat Abinya sangat bangga
kepadanya.
Film ini
sangat banyak memberikan motivasi bagi yang melihatnya. Meskipun banyak cobaan
yang datang kita tidak boleh mengeluh dan ikhlas menerimanya. Kesabaran dan
kegigihan harus selalu ada untuk dapat melanjutkan hidup lebih baik kedepannya.
Bahasa yang ada dalam film ini mudah dipahami sehingga penonton tidak ada
merasa kesulitan saat melihat film ini.
Film yang
diangkat dari novel karya tere liye ini memiliki kasamaaan dengan novel tere
ly\iye yang berjudul “Moga Bunda Disayang Allah”. Keduanya sama-sam bercerita
tentang masalah yang dialami tokoh yang sama-sama mempunyai keterbatasan fisik
dan harus melewatinya dengan kegigihan dan pantang menyerah. Menjalani hidup
dengan kesabaran, keikhlasan serta selalu bersyukur adalah salah satu menuju
kabahagiaan yang sesungguhnya.
RIWAYAT HIDUP PENGARANG
Tere
liye merupakan nama pena dari seorang novelis yang diambil dari bahasa india
dengan arti : untukmu, untukMu. Tere liye lahir pada tanggal 21 Mei 1979 dan
telah menghasilkan 14 buah novel. Sedikit mengulas profil sang penulis, lelaki
bernama Darwis yang beristrikan Rizki Amelia, adalah seorang ayah dari Abdullah
Pasai. Lahir dan besar di pedalaman Sumatera, berasal dari keluarga petani,
anak keenam dari tujuh bersaudara.
Riwayat
pendidikannya, SDN 2 Kikim Timur Sumatera Selatan, SMPN 2 Kikim Timur Sumatera
Selatan, SMUN 9 Bandar Lampung dan terakhir melanjutkan ke perguruan tinggi
Universitas Indonesia di Fakultas Ekonomi.
Karya-karyanya
antara lain:
1. Daun
yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Gramedia Pustaka Umum, 2010)
2. Pukat
(Penerbit Republika, 2010)
3. Burlian
(Penerbit Republika, 2009)
4. Hafalan
Surat Delisa (Republika, 2006)
5. Moga
Bunda Disayang Allah (Republika, 2007)
6. The
Gogons Series : James & Incridible Incidents (Gramedia Pustaka Umum, 2006)
7. Bidadari-Bidadari
Surga (Republika, 2006)
8. Sang
Penandai (Serambi, 2007)
9. Rembulan
Tenggelam di Wajahmu (Grafindo, 2006; Republika 2006)
10. Mimpi-Mimpi
Si Patah Hati (AddPrint, 2005)
11. Cintaku
Antara Jakarta & Kuala Lumpur (AddPrint, 2006)
12. Senja
Bersama Rosie (Grafindo, 2008)
13. ELIANA,
serial anak-anak mamak
RIWAYAT HIDUP SUTRADARA
Sony Gaukasak merupakan seorang sutradara Indonesia.
Sebelum terjun ke profesi sutradara filn, ia menyutradarai banyak film televise
dari rumah produksi Starvision.