Wednesday, June 26, 2013

Tugas Akhir



MERESENSI NOVEL
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Membaca Komprehensif  
Dosen Pengampu : M Fakhrur Syaifudin M.Pd







Disusun Oleh :
Yuli Tri Rahayu                ( A. 310120028 )




PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013



Nama               : Yuli Tri Rahayu
Nim                 : A. 310120028                
Fak/ Prodi       : FKIP / Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah




 A. Latar Belakang
Disini saya akan memperkenalkan kembali identitas novel ini. Novel ini termasuk kedalam jenis fiksi (membimbing, mendidik, dan memotivasi) . Cerita dari novel ini diilhami kisah nyata Hellen Adams Keller (Alabama, 1880-1968). Novel ini juga difilmkan  dengan judul  The Miracle Worker (1962) dan mendapatkan 11 penghargaan, terbanyak sepanjang sejarah perfilman. Tidak ada tari-tarian, tidak ada nyanyian,btidak ada pernak-pernik stereotype film India yang kalian kenal selama ini. Yang ada hanya sebuah cerita yang amat mengharukan.
Judul               : Moga Bunda Disayang Allah
Penulis             : Tere Liye
Penerbit           : Republika
Hal                  : 306 hal x 20.5 cm
Tahun              : 2006

B.     Sinopsis

Pertama kali membaca judul dari novel karya Tere Liye saya langsung berfikir sepertinya cerita dalam novel ini sangat menarik dan menyentuh.
Saat membaca di awal saya merasakan bosan, karena saya bingung dengan cerita yang ada di novel ini. Pada bagian awal novel ini menceritakan lansung kehidupan seseorang yang sekarang, akibat dari masa lalunya. Bahkan pada awalan novel ini menceritakan kehidupan dua keluarga sekaligus yang tidak tahu benar latar belakang masing- masing keluarga.
Tokoh yang sering muncul dalam novel ini adalah Karang, Melati, Bunda HK, Tuan HK, Ibu-ibu gendut dan Kinasih.
Karang adalah sosok pemuda yang  dulu dikenal dengan kepandaianya mendidik dan membujuk anak kecil. Karang adalah sosok seorang yang ramah, menyukai anak kecil dan ringan tangan membantu orang. Dengan kecintaanya kepada anak-anak Karang membangun belasan taman bermain untuk anak didik yang kebanyakan diperolehnya dari jalanan. Kinasih seorang wanita lembut dengan jilbabnya yang anggun merupakan satu-satunya perempuan yang mampu menakhlukan hati Karang.
Pada suatu ketika peristiwa menyedihkan itu terjadi. Belasan anak didik Karang dan Karang terjebak dalan kapal saat liburan dan mengalami kecelakaan yang menyebabkan satu isi kapal terbalik. Kecelakaan tersebut menelan sedikitnya 18 anak didik Karang termasuk Qintan salah seorang anak didik Karang yang amat dia sayangi. Meskipun pengadilan membebaskan Karang dan menyatakan bahwa Karang bukanlah tersangka dari meninggalnya 18 anak-anak itu, tetapi Karang sangat merasa bersalah hingga dia tak mampu memafkan dirinya. Akibat kejadian 3 tahun yang lalu itu sampai sekarang Karang lebih menutup diri dan melampiaskan rasa bersalahnya dengan minim-minuman keras. Hidupnya yang sekarang benar-benar berbeda, Karang semakin tidak terkendali dengan masa lalunya dan meninggalkan semua kehidupan lamanya seperti ibu-ibu gendut, Kinasih dan taman bacaan termasuk anak-anak didik Karang yang saat ini tidak terurus lagi oleh Karang. Setiap hari Karang hanya tinggal bersama ibu-ibu gendut itu. Dengan sabar dan ikhlas mengurus serta mendidik Karang dari dia dulu sukses hingga dia menjadi terpuruk sampai saat ini.
Disisi lain satu keluaraga yang sangat kaya tetapi juga mempunyai satu masalah atau kesedihan yang amat besar di balik keluarga mewahnya. Melati yang terlahir dari sepasang suami istri Bunda HK dan Tuan HK. Melati anak semata wayang mereka yang 3 tahun terakhir mengalami musibah yang membuat anak tercinta mereka harus menanggung beban hidup karena akibat saat liburan Melati mengalami musibah yang sekarang membuat dia buta, tuli dan bisu.
Novel yang berjudul “Moga Bunda Disayang Allah” ini mempunyai tokoh utama yaitu bernama Karang dan Melati. Keduanya mempunyai sisi masa lalu yang berbeda yang mengakibatkan mereka harus mengalami kehidupan yang lumayan menyakitkan dimasa sekarang. Masa – masa yang sulit untuk dapat dilaluinya agar meraih kebahagiaanya kembali. Masa-masa yang membuat sang tokoh utama benar-benar tidak sanggup untuk hidup seperti layaknya orang-orang normal.
Semua kejadian mengenai tokoh utama diceritakan dengan sangat detail sehingga seolah-olah pembaca ikut merasakan apa yang dirasakan tokoh utama. Mencoba melupakan masa lalu, mencoba memaafkan diri sendiri dan sulitnya bangkit dari keterpurukan adalah beberapa tekanan batin yang dialami tokoh utama yang sudah jelas untuk saya, mungkin itu sangat sulit dan tidak mudah untuk menghentikan itu semua.
Bunda HK yang sering mendengar kisah hidup Karang yang dulu dikenal dengan kepiawaiannya mengasuh dan mendidik anak kemudian bermaksud meminta bantuan Karang melalui beberapa surat yang sering dikirimnya ke rumah ibu-ibbu gendut itu. Namun semua surat yang dikirim Bunda HK tak satupun dibaca oleh Karang. Karang sama sekali tidak menghiaraukan surat-surat yang sering datang ditunjukan untuk Karang. Hingga ibu-ibu gendut itu untuk yang surat yang terakhir dikirim ini bertekad menyampaikan isis maksud surat ini. Awalnya Karang sama sekali tidak tertarik untuk mau membantu anak Bunda HK, tetapi Karang mulai mau mencoba saat Bunda HK sendiri datang ke rumah untuk langsung meminta Karang membantu mengajari Melati agar dapat mengenal dunia.
Setelah 3 tahun lamanya Karang menutup diri, baru kali ini Karang mulai mau membuka hatinya untuk mengajari anak kecil lagi. Mulai dapat berkomunikasi dengan orang meskipun agak dengan nada yang kasar, Karang sedikit demi sedikit mau membuka dirinya kembali bersosialisasi.
Ketegangan dalam membaca novel ini semakin membuat penasaran dan terus ingin membaca ketika Karang dan Melati mulai di pertemukan. Karang diminta untuk menjadi guru seorang anak dari keluarga yang berada. Karang diminta untuk mengajari Melati mengenal dunia meskipun dengan keterbatasan Melati saat ini (tuli, buta dan bisu). Saya ikut berfikir akankah akhirnya Karang mampu menemukan cara untuk membuat Melati mengenal dunia, bukan hanya itu, saya saja tidak yakin kalau akhirnya ada cara untuk mewujudkan akhir cerita dari sang tokoh.
Tuan HK, Bunda HK beserta pembantu-pembantu lainnya menyambut Karang dengan lumayan ramah. Hingga pada akhirnya satu per satu orang yang ada di rumah besar itu lama kelamaan tidak menyukai karang dan ingin Karang berhenti menjadi guru Melati. Disituasi seperti ini Bunda HK yang selalu memanggil Karang dengan sebutan “anakku” tetap saja memihak pada Karang, meskipun dia sebenarnya juga tidak menyukai cara Karang yang mengajari Melati dengan hukuman-hukuman yang diberikannya untuk anak tersayangnya.
Tuan HK semakin hari semakin tidak tahan dengan sikap Karang yang menurut Tuan HK itu sangat menyiksa putrinya. Bunda HK yang selalu sabar menemani putrinya dalam masa-masa sulit Melati selalu berharap keajaiban agar putrinya mampu melihat dunia dengan bagaimana caranya. Doa seorang ibu yang tak henti-hentinya meminya kepada Allah agar keajaiban diturunkan untuk anak semata wayangnya.
Dengan satu per satu cara Karang mengajari Melati. Melati yang belum terbiasa dengan keadaan ini  sering kali tidak bisa menerima apa yang diajari Karang dan mencoba melawan segala yang membuatnya marah. Sesekali Melati harus terluka karena terkena benda-benda tumpul saat melakukan perlawanan kepada Karang. Tuan HK semakin tidak percaya kepada Karang kalau akhirya dia mampu mengajari dan merubah sikap putrinya. Bunda HK yang selalu berharap kepada Karang tidak bisa berkutik saat melihat anaknya menangis kasakitan saat Karang melatih Melati.
Beberapa hari Karang tinggal bersama keluarga mewah ini namun tanda-tanda kemajuan pada Melati sama sekali belum terlihat. Bunda HK yang melihat kejadian ini semakin berputus asa dengan nasib Melati. Hingga suatu ketika setitik cahaya keadilan dari Allah pun turun. Sedikit demi sedikit Melati mulai menerima perubahan yang terjadi pada dirinya. Melati yang dulunya sama sekali tidak tau apa itu sendok, apa itu kursi dan pada saat makan Melati harus duduk ternyata kini Melati mulai menerapkannya. Perubahan yang terjadi pada Melati membuat Bunda HK sangat bahagia. Berbeda dengan Karang, menurut dia itu hanyalah perubahan kecil yang dialami Melati dengan melihat anak sumuran dia yang seharusnya jauh lebih paham dari ini.
Sikap Bunda HK yang sempat putus asa kini kembali bersemangat dengan harapan-harapan Melati untuk dapat mengenal dunia. Sekarang bahkan Bunda HK menuruti setiap perkataan Karang asalkan itu dapat membantu Melati kedepannya.
Sekian lama menanti perubahan-perubahan apalagi yang akan dilakukan Melati ternyata tak kunjung hadir. Setelah melakukan perubahan kecil itu Melati tak terlihat mengeluarkan perubahan-perubahan yang membuatnya kelihatan mulai mengenal dunia. Tuan HK dan Bunda HK yang benar-benar menyerah dengan keadaan putrinya meminta Karang agar berhenti untuk melakukan hal-hal yang membuat Melati berubah, karena menurut mereka itu hanya sia-sia.
Keajaiban sesungguhnya pun muncul ketika Karang hendak keluar dari rumah Melati dan berhenti mengajari Melati. Novel ini sangat menginspirasi saya sekaligus mengingatkan tentang kegigihan dan kesabaran. Novel yang menceritakan seseorang yang kembali menata hidup dan meninggalkan masa lalunya. Masa lalu yang hanya mengingatkan dia dengan kejadian yang amat pahit yang membuat dia tidak bisa memaafkan diri sendiri bahkan tidak mau lagi kambali pada kehidupan yang sesungguhnya.
Karang yang dulu tidak akan pernah kembali pada dunia anak-anak kini dia kembali ke taman bacaan dan kembali mengajari anak-anak mengenal dunia. Karang dan Kinasih kini pun kembali merajut kisah cintanya. Tuan HK dan Bunda HK  seolah-olah telah menemukan kembali putrinya sama seperti sebelum kejadian 3 tahu yang lalu. Kini mereka dengan keluarga mereka masing-masing hidup dengan semangat baru.  
  Novel ini mempunyai banyak makna tersembunyi. Banyak hikmah yang dapat diambil dari membaca novel ini. Novel ini mampu menjadi motivasi bagi pembaca. Di dalam novel ini kita diajarkan untuk terus melihat kedepan tanpa sering menoleh ke masa lalu. Kegigihan dalam mencoba segala hal, pantang menyerah untuk mengejar mimpi, membantu sesama, membantu orang yang sedang membutuhkan pertolongan, tidak takut mencoba hal baru, selalu memberikan ruang untuk seseorang, memaafkan kesalahan orang lain dan masih banyak lagi inspirasi untuk motivasi kedepannya.
Ada juga sih sedikit yang membuat saya kebingungan yaitu saat mengenalkan masing-masing tokoh utama pengenalanya terlalu lama, membutuhkan beberapa halaman hanya untuk mengenalkan tokoh utama. Dalam mengenalkan keseharian tokoh lebih banyak daripada persoalan masalah dan akhir dari cerita atau akhir dari masalah tersebut. Bukan hanya itu banyak kalimat- kalimat yang di ulangi seperti “ mata hitam biji buah lecinya berputar-putar. Rambut ikalnya bergoyang-goyang” yang seharusnya tidak usah terlalu banyak kata dan kalimat yang diulang-ulang.
Novel yang pertama kali saya lihat lalu saya langsung berpikir pasti ceritanya menyentuh ternyata benar. Yaaaa,, meskipun pada awalnya sangat bosan tapi karena saya penasaran akhirnya saya bisa selesai membacanya sampai halaman terakhir. Novel yang akhir cerita sangat menyentuh hati ini membuat saya ingin membaca lagi. Mungkin bagi pembaca yang awalnya sudah membaca judulnya pasti juga banyak yang menduga pasti ceritanya dalam, karena dalam judulnya saja sudah bisa membuat orang berfikir tentang isinya. Saya sudah lega dengan menyelesaikan membaca novel ini, karena dengan begitu saya menjadi tahu isi sekaligus akhir cerita novel “Moga Bunda Disayang Allah” ini.
Novel ini bisa dibaca untuk semua usia, baik anak SD, SMP, SMA dan seterusnya karena novel ini sangat menginspirasi dan memotivasi bagi siapa saja yang membacanya.
Perbandingan novel ini yaitu dengan film yang berjudul Hafalan Surat Delisa.merupakan film drama yang diliris pada tanggal 22 Desember 2011 yang disutradarai oleh Sony Gaokasak serta dibintangi oleh Nirina Zubir dan Reza Rahardian. Hafalan Shalat Delisa Film ini diangkat berdasarkan novel yang berjudul Hafalan Surat Delisa karya Tere Liye Seluruh Pengambilan adegan film ini dibuat di Aceh. Film ini mengisahkan tentang seorang anak yang selalu tegar menjalani takdir dan tetap semangat dalam hidupnya. Tokoh dalam film ini adalah Delisa, Umi, Abi, ustad Rahman, kak Fatimah, Kak Aisyah, Kak Zahra, Umam dan Tiur.
Delisa seorang anak kecil yang pintar, ramah dan juga baik hati. Dia mempunyai 3 orang kakak yang bernama Fatimah, Aisyah dan Zahra. Dia bertempat tinggal disuatu daerah dekat pantai tepatnya di pesisir provinsi Aceh. Delisa tinggal bersama ketiga kakaknya dan Uminya. Ayah Delisa pergi merantau di negeri lain. Keseharian Delisa sangatlah menyenangkan. Dia bisa bermain sepuasnya bersama teman-temannya seperti, kak Zahra, Umam, Tiur dan teman-teman lainnya.
Keluarga yang sederhana tetapi sangat harmonis, ya itulah keluarga kecil Delisa yang saat ini meskipun tidak ada ada Ayahnya tetapi keluarga ini tetap rukun dalam kesehariannya. Meskipun kadang-kadang kak Aisyah sering jahil kepada Delisa tetapi Delisa tidak sama sekali tidak marah dan selalu baik hati kepada kakak-kakaknya. Delisa sama selkali tidak punya rasa pendendam.
Delisa bersekolah di SD kecil yang terdapat di dekat rumahnya. Untuk tugas kenaikan kelas , Delisa mendapat tugas yaitu dengan praktek shalat dan mengahafal surat-surat shalat. Setiap hari Delisa belajar menghafal surat shalat. Delisa juga akan diberikan hadiah kalung dari Uminya jika sewaktu ujian shalat Delisa lulus dan berhasil menghafal surat shalat. Hingga waktu ujian praktek Delisa tiba, dia siap untuk maju untuk praktek shalatnya. Satu per satu teman Delisa maju untuk mempraktekkan shalat.
Giliran Delisa pun tiba dan Delisa pun segera maju untuk mempraktekkan shalatnya. Namun ditengah Delisa mempraktekkan shalatnya bencana tsunami pun datang. Saat bencana itu datang, Umi yang sempat meneriaki anaknya untuk segera keluar dari ruangan sama sekali tidak didengar oleh Delisa. Umi yang ingin menyelamatkan anaknya terhalang karena orang-orang yang berdesakan dan saling mendorong untuk menyelamatkan diri. Umi yang tak bisa masuk kelas untuk menyelamatkan Delisa akhirnya pergi meninggalkan Delisa dan ikut menyelamatkan diri.
Dalam sekejab kota nan indah itu hancur tersapu ombak besar. Ribuan nyawa melayang dan ratusan rumah hancur terkena ombak tersebut. Tidak ada yang tersisa untuk orang yang selamat selain barang-barang yang mereka kenakan. Banyak keluarga yang kehilangan anggota keluarga dan sanak saudaranya. Termasuk keluarga Delisa, Tiur, dan Umam. Mereka saling kebingungan mencari anggota keluarganya, tapi kebanyakan kabar yang mereka dapati adalah kabar bahwa orang yang mereka cari hilang dan telah meninggal.
Saat saya menonton film ini, saya beberapa kali ikut meneteskan air mata karena terharu dengan cerita film tersebut. Film yang sangat menyentuh bagi setiap yang melihatnya. Film ini menceritakan sama persis dengan kejadian bencana yang telah terjadi di Negara Indonesia ini, tepatnya di Aceh. Akibat dari bencana tersebut banyak saudara kita yang kehilangan anggota keluarga, sanak saudara dan harta benda mereka.
Mendengar kabar bahwa telah terjadi bencana tsunami di daerah tempat keluarga ia tinggal, Abi (ayah Delisa) langsung kembali ke daerah asalnya untuk mencari keluarga dan dia berharap meskipun harta bendanya telah hanyut keluarganya masih utuh. Tim SAR dan beberapa relawan bantu-membantu mencari korban akibat bemcana tersebut. Delisa salah satu korban yang selamat dari bencana tersebut yang beberapa hari setelah bencana tersebut baru ditemukan. Namun nasib Delisa juga tidak berbeda dengan yang lain. Delisa yang kehilangan Umi, kak Fatimah, kak Aisyah, kak Zahra dan tiur sahabatnya juga harus menanggung beban yang sangat berat. Kaki kanan Delisa terpaksa harus diamputasi karena kakinya tertimpa runtuhan bangunan kelas dan lukanya amat parah.
Sekarang tinggalah Delisa dengan Abinya, meskipun pahit kenyataan hidup mereka tetapi mereka tetap harus menjalaninya dengan sabar dan ikhlas. Ustad rahman, kak sophie(relawan) dan kerabat yang mengenal baik keluarga Delisa sangat menyemangati mereka dan harus terus melanjutkan kehidupannya meskipun tanpa Umi dan ketiga kakak-kakak Delisa. Delisa yang selalu tegar menjalani hidupnya berusaha kembali menghafalkan bacaan surat shalat yang dulu sempat tertunda karena bencana besar tersebut. Delisa ingin lolos ujian paraktek dan memenuhi amanat dari Uminya untuk menghafal surat bacaan shalat. Dia berharap dengan lolosnya dia menghadapi ujian praktek shalat ini Umi yang telah tiada  ikut bangga dan senang melihatnya.
Dengan kegigihan dan semangat Delisa akhirnya dia mampu lolos dari ujian praktek shalatnya dengan sempurna. Delisa dengan keterbatasanya yang sekarang sama sekali tidak menyurutkan semangatnya untuk terus menghafal surat bacaan shalat. Sekarang Delisa telah hafal surat bacaan shalat dan itu membuat Abinya sangat bangga kepadanya.
Film ini sangat banyak memberikan motivasi bagi yang melihatnya. Meskipun banyak cobaan yang datang kita tidak boleh mengeluh dan ikhlas menerimanya. Kesabaran dan kegigihan harus selalu ada untuk dapat melanjutkan hidup lebih baik kedepannya. Bahasa yang ada dalam film ini mudah dipahami sehingga penonton tidak ada merasa kesulitan saat melihat film ini.
Film yang diangkat dari novel karya tere liye ini memiliki kasamaaan dengan novel tere ly\iye yang berjudul “Moga Bunda Disayang Allah”. Keduanya sama-sam bercerita tentang masalah yang dialami tokoh yang sama-sama mempunyai keterbatasan fisik dan harus melewatinya dengan kegigihan dan pantang menyerah. Menjalani hidup dengan kesabaran, keikhlasan serta selalu bersyukur adalah salah satu menuju kabahagiaan yang sesungguhnya.   

RIWAYAT HIDUP PENGARANG
            Tere liye merupakan nama pena dari seorang novelis yang diambil dari bahasa india dengan arti : untukmu, untukMu. Tere liye lahir pada tanggal 21 Mei 1979 dan telah menghasilkan 14 buah novel. Sedikit mengulas profil sang penulis, lelaki bernama Darwis yang beristrikan Rizki Amelia, adalah seorang ayah dari Abdullah Pasai. Lahir dan besar di pedalaman Sumatera, berasal dari keluarga petani, anak keenam dari tujuh bersaudara.
            Riwayat pendidikannya, SDN 2 Kikim Timur Sumatera Selatan, SMPN 2 Kikim Timur Sumatera Selatan, SMUN 9 Bandar Lampung dan terakhir melanjutkan ke perguruan tinggi Universitas Indonesia di Fakultas Ekonomi.
            Karya-karyanya antara lain:
1.      Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Gramedia Pustaka Umum, 2010)
2.      Pukat (Penerbit Republika, 2010)
3.      Burlian (Penerbit Republika, 2009)
4.      Hafalan Surat Delisa (Republika, 2006)
5.      Moga Bunda Disayang Allah (Republika, 2007)
6.      The Gogons Series : James & Incridible Incidents (Gramedia Pustaka Umum, 2006)
7.      Bidadari-Bidadari Surga (Republika, 2006)
8.      Sang Penandai (Serambi, 2007)
9.      Rembulan Tenggelam di Wajahmu (Grafindo, 2006; Republika 2006)
10.  Mimpi-Mimpi Si Patah Hati (AddPrint, 2005)
11.  Cintaku Antara Jakarta & Kuala Lumpur (AddPrint, 2006)
12.  Senja Bersama Rosie (Grafindo, 2008)
13.  ELIANA, serial anak-anak mamak

RIWAYAT HIDUP SUTRADARA
            Sony Gaukasak merupakan seorang sutradara Indonesia. Sebelum terjun ke profesi sutradara filn, ia menyutradarai banyak film televise dari rumah produksi Starvision.